Tarian Tumor adalah sebuah tarian khas dari Kabupaten Fakfak Provinsi Papua barat. Tumor ditarikan wanita dan lelaki dimana para penari wanita memegang bulu cenderawasih di kedua tangannya. Mereka memperagakan tarian bak gerak kepakan burung cenderawasih yang gemulai. Sementara para pria mendendangkan lagu khas distrik dengan bahasa yang berbeda pula.
Selain
tarian Tumor, ada pula tarian yang berasal dari Distrik Karas, distrik terluas
dengan jumlah perkampungan yang relatif lebih sedikit. Masyarakat di Distrik
Karas biasanya mempersembahkan tari Mirik Nan Yawa. Kalau distrik lain lebih
menampilkan para mama (sebutan untuk wanita dewasa), Distrik Karas menonjolkan
anak muda yang Atraksi Perahu Belang seni hiburan budaya yang energik dengan balutan
pakaian adat yang minim. Adapun penarinya adalah para lelaki.
Yawa
mengisahkan tentang kesedihan mendalam sepasang saudara kandung yang terpisah
dan bertemu dalam sebuah pertempuran sebagai musuh. Keduanya tak menyadari
bahwa mereka bersaudara sampai akhirnya salah satu di antara mereka tewas akibat
luka tombak. Setelah dikenali dari tanda lahir, nyatanya mereka bersaudara.
Derai tangis pun mengalir kencang. Pertemuan sepasang saudara kandung harus
berujung tragis. Korban digotong dengan iringan lagu kesedihan.
Puas
menikmati suguhan tarian, jika anda berkunjung ke Fakfak di Papua barat, tentu
anda juga akan dibuat terpana dengan atraksi perahu belang. Perahu belang
adalah perahu adat yang dikhususkan bagi para raja. Uniknya perahu ini tidak
hanya beratraksi di laut lepas melainkan juga di darat. Para raja biasanya menaiki
perahu belang dan mengitari kampung untuk melihat-lihat, lalu turun dan menyapa
rakyatnya. Perahu belang menjadi salah satu kebudayaan yang ada sejak zaman
Kesultanan Tidore (abad ke-16 hingga 18).
Jika
berkunjung ke Fakfak dan kebetulan ada festival, jangan lewatkan untuk mampir
ke museum unik di Distrik Kokas, distrik dengan perkampungan paling banyak di Kabupaten
Fakfak, yang merupakan saksi sejarah.
Jarak
tempuhnya sekitar 90 menit dari Kota Fakfak jika melalui jalur darat. Melewati
kelokan perbukitan yang terjal dan meliuk-liuk, akses menuju Kokas sudah sangat
baik. Jalannya beraspal serta dilengkapi rambu-rambu jalan. Ada rambu-rambu
tikungan, tanjakan, dan turunan. Oleh karena itu meski sedikit terjal dan
berkelok, tak perlu khawatir untuk kenyamanan berkendara selama perjalanan. Sesampainya
di Kokas, terpampang tulisan yang berada di atas bukit, “Selamat Datang di Kota
Basis Pertahanan Perang Dunia II .” Aura Kokas sebagai kota museum pun semakin
terasa setelah membaca tulisan tersebut. Sangat menarik!
Ada
gua yang bisa dilewati dari sisi yang berseberangan, yaitu gua peninggalan tentara
Jepang pada waktu Perang Dunia II . Lalu situs purbakala yang disebut
Tapurarang, torehan lukisan atau manuskrip tapak tangan hingga Masjid Tua
Patimburak.
Kota
Fakfak terkenal dengan semboyan Satu Tungku Tiga Batu. Artinya Fakfak mengenal
tiga agama, yaitu Islam, Kristen, serta Katolik. Semboyan itulah yang membuat
masyarakat Fakfak sangat ramah dan menjaga kerukunan antar umat beragama.
Selain Masjid Patimburak juga ada tempat ziarah Bunda Maria yang menjadi simbol
terciptanya kerukunan di Kota Fakfak.
Kabupaten
Fakfak terletak di kepala burung Pulau Papua bagian selatan. Ada pulau Panjang
yang membelah wilayah Fakfak. Di sana terdapat tujuh deretan pantai pasir putih
yang sangat memukau. Ada pula gugusan pulau kecil yang menyerupai jamur. Menakjubkan
dan sayang untuk dilewatkan.
Sumber
: Majalah detik edisi 26 november - 2
desember 2012