Piringan Emas Voyager (The Sounds OF Earth Record
Cover)
Sumber : Wikimedia Commons
Sepanjang sejarah peradaban
manusia di Planet Bumi belum ada catatan atau bukti yang otentik dimana
menunjukkan kehidupan lain di semesta kecuali di Planet Bumi, manusia sebagai
makhluk hidup yang dibekali oleh tuhan berupa akal pikiran tentu sepanjang peradaban
selalu berusaha merenung dan berfikir tentang kondisi eksistensi manusia dan
kemungkinan adanya kehidupan selain di Planet Bumi ini. Sepanjang masa manusia
selalu mencari tahu dan melakukan usaha keras untuk mencoba menerobos alam
semesta yang begitu luas, semua itu dilakukan untuk mencoba berusaha menemukan
kehidupan lain di luar Bumi, dalam maksud lain manusia ingin melakukan
komunikasi dengan makhluk atau peradaban lain di luar planet ini.
Dalam catatan sejarah umat
manusia di Planet Bumi, peristiwa yang menjadi tonggak bersejarah dalam
penjelajahan luar angkasa yakni misi pengiriman manusia pertama di luar angkasa
yang berhasil dilakukan oleh Uni Soviet dengan mengirim astronotnya bernama
Yuri Gagarin pada tahun 1961. Adapun pada tahun 1969 Amerika Serikat berhasil
mendaratkan manusia pertama di Bulan yakni Neil Armstrong dan Edwin Aldrin pada
20 Juli 1969. Misi pendaratan manusia pertama di Bulan oleh NASA tersebut tentu
merupakan langkah kecil bagi seorang manusia bernama Neil Armsrong, namun tentunya
merupakan lompatan raksasa bagi umat manusia di Planet Bumi. Dari mulai misi
pengiriman manusia pertama di luar angkasa, pendaratan manusia pertama di Bulan
hingga saat ini terus dilakukan berbagai upaya eksplorasi planet lainnya di
luar bumi. Setiap misi penjelajahan luar angkasa tentu memiliki
penemuan-penemuan yang sangat berarti bagi umat manusia untuk lebih memahami
alam semesta, namun yang perlu dingat ialah setiap penemuan yang ditemukan dari
setiap misi tersebut mengambarkan kepada kita bahwasanya masih banyak hal yang
belum kita ketahui di alam semesta yang amat luas ini. Semakin banyak manusia
menemukan suatu penemuan baru maka semakin banyak ketidaktahuan manusia dalam
memahami dunia luar.
Dalam beberapa misi
penjelajahan atau eksplorasi luar angkasa yang dilakuakan oleh manusia,
tentunya ada yang menyelipkan misi khusus yakni upaya berkomunikasi dengan
mahkhluk atau peradaban lain di luar Planet Bumi seperti contohnya pesawat luar
angkasa Voyager yang diluncurkan pada tahun 1977 dengan misi utama mempelajari
tata surya bagian luar. Pada dua penerbangan pesawat luar angkasa Voyager
memuat sebuah piringan emas Voyager yang merupakan sebuah rekaman fonograf
dimana dalam piringan tersebut berisi suara-suara dan gambar-gambar pilihan
yang bertujuan menggambarkan keanekaragaman makhluk hidup dan budaya di Planet
Bumi. Piringan emas Voyager tersebut dibuat dari tembaga berlapis emas yang
ditujukan kepada bentuk kehidupan luar angkasa yang cerdas atau manusia bumi
sendiri pada masa depan yang mungkin akan menemukannya.
Perlu diketahui bahwa wahana
antariksa Voyager akan menghabiskan waktu sekitar 40.000 tahun untuk mencapai
tata surya yang terdekat. "Terdekat" disini maksudnya ialah jarak
yang setara dengan 1,7 tahun cahaya. Maka dari itu, piringan emas Voyager yang
dimuat didalamnya akan membutuhkan waktu yang amat sangat lama sekali untuk
bisa ditemukan oleh bentuk kehidupan lain, kecuali bila bentuk kehidupan asing
itu sendiri yang tidak sengaja berpapasan dengannya di luar angkasa.
Piringan emas voyager yang
dikirim ke luar angkasa bersama pesawat luar angkasa Voyager tersebut tentu
mencerminkan usaha manusia bumi untuk berkomunikasi dengan makhluk atau
peradaban cerdas yang mungkin saja ada di alam semesta yang maha luas ini.
Berharap besar piringan emas tersebut dapat ditemukan, mungkin dipandang
sia-sia oleh kecerdasan lain di luar angkasa sana karna mengingat ukuran
Voyager yang sangat kecil bila dibandingkan dengan besarnya alam semesta. Manusia
harus memiliki rasa optimisme dan sangatlah luar biasa bila akhirnya piringan
emas tersebut dapat ditemukan secara kebetulan oleh bentuk kehidupan lain.
Apabila piringan emas ini akhirnya akan ditemukan nantinya oleh kehidupan asing
tentu hal ini hanya akan terjadi pada masa depan yang amat jauh dari sekarang. Lantas
apakah pesan dan gambaran yang mewakili peradaban makhluk hidup di Bumi dalam
piringan emas Voyager tersebut serta bagaimana kecanggihan teknologi yang
digunakan dalam menyimpan data tersebut untuk waktu yang lama hingga masa
depan.
Pesan
Peradaban yang Disimpan Abadi dan Kecanggihan Teknologinya
“Ini adalah
sebuah hadiah dari sebuah dunia yang kecil dan jauh. Sebuah kenang-kenangan
berisi suara, ilmu pengetahuan, musik, pemikiran, serta perasaan kami. Kami
semua berusaha untuk mempertahankan keberadaan kami, sehingga bisa bersama-sama
hidup dengan kalian.”
- Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter
Pada tahun 2006 silam, dua unit
wahana antariksa Voyager menjadi benda ketiga dan keempat yang diciptakan
manusia dan keberadaannya terkonfirmasi benar-benar berada di luar sistem tata
surya. Sebelumnya diketahui benda buatan manusia yang keluar dari sistem tata
surya mendahului Voyager adalah wahana antariksa Pioneer 10 dan 11 yang
diluncurkan pada tahun 1972 dan 1973 silam, dimana keduanya juga membawa plakat
metal kecil yang menunjukkan waktu dan tempat asal wahana antariksa Pioneer
tersebut berasal.
Adapun isi dari piringan emas
Voyager dipilih untuk NASA oleh sebuah tim yang diketuai oleh Carl Sagan dari
Universitas Cornell. Dalam waktu yang ditentukan NASA, tim pengumpul data
piringan emas tersebut berhasil mengumpulkan 115 gambar dari peradaban bumi,
rekaman suara-suara alam seperti suara ombak, angin, petir serta suara-suara
binatang termasuk didalamnya kicauan burung dan suara dari ikan paus. Selain
itu, piringan emas Voyager juga diisi dengan musik dari berbagai budaya dan era
yang berbeda, serta ucapan salam dalam 55 bahasa. Piringan emas tersebut juga
menyampaikan pesan resmi dari Presiden Amerika Serika kala itu, Jimmy Carter
dan Sekretaris Jenderal PBB, Kurt Waldheim.
Dari 115 gambar yang dimuat
dalam piringan emas Voyager disandikan dalam mode analog, sementara itu sisanya
berupa audio yang dirancang agar dapat dimainkan pada kecepatan 16 2/3 putaran
per menit. Rekaman tersebut berisi salam-salam yang diucapkan manusia bumi
dalam berbagai bahasa dimulai dari bahasa Akkadia dan diakhiri dengan bahasa Wu
yang merupakan sebuah bahasa minoritas di China. Adapun unsur Indonesia juga
dimuat dalam piringan emas Voyager tersebut, yakni dengan dimasukkannya Musik
Gamelan yang direkam oleh Robert E. Brown dengan judul Puspawarna serta
terdapat sebuah gambar penari Bali dalam daftar 115 gambar yang mewakili
keanekaragaman peradaban Planet Bumi tersebut.
Penjelasan dari piringan emas Voyager
Sumber : Wikimedia Commons
Penutup dari piringan emas
Voyager juga disepuh dengan sampel isotop uranium-238 yang memiliki sifat sangat murni. Uranium-238 diketahui mempunyai
waktu paruh hingga 4,51 miliar tahun lamanya. Hal ini memungkinkan peradaban
asing yang menemukan piringan emas ini untuk memeriksa unsur uranium yang
tersisa untuk menentukan usia dari piringan emas tersebut. Sungguh suatu
pemikiran yang canggih bukan, selain kecanggihan instrumen ilmiah yang didesain
sedemikian rupa agar dapat menyimpan data yang dimuat di piringan emas Voyager
tersebut dalam waktu yang lama, seperti yang diketahui juga wahana antariksa
Voyager 1 dan 2 yang memuat piringan emas tersebut juga memiliki instrumen yang
sangat canggih.
Adapun kecanggihan teknologi
antariksa yang dimiliki Voyager 1 dan 2 ialah terletak pada instrumen ilmiah
yang dimiliki masing-masing wahana misalnya saja Voyager 1 yang dibangun oleh Jet Propulsion Laboratory memiliki
struktur 16 pendorong hidrazin, giroskop
stabilisasi tiga sumbu, dan instrumen referensi untuk menjaga antena radio
probe mengarah ke Planet Bumi. Secara kolektif, instrumen ini adalah bagian
dari Subsistem Kontrol Sikap dan Artikulasi (AACS), bersama dengan unit
berlebihan dari sebagian besar instrumen dan 8 pendorong cadangan. Pesawat
ruang angkasa juga termasuk 11 instrumen ilmiah untuk mempelajari benda-benda
langit seperti planet saat bergerak melalui ruang angkasa.
Pada Voyager 1 dilengkapi radio sistem komunikasi yang dirancang untuk digunakan sampai dengan dan melampaui batas-batas tata surya. Sistem komunikasi mencakup antena Cassegrain gain tinggi berdiameter 3,7 meter (12 kaki) untuk mengirim dan menerima gelombang radio melalui tiga stasiun Jaringan Luar Angkasa di Bumi. Instrumen ilmiah tersebut biasanya mentransmisikan data ke Planet Bumi melalui Saluran Jaringan Luar Angkasa 18, menggunakan frekuensi 2,3 GHz atau 8,4 GHz, sementara sinyal dari Bumi ke Voyager ditransmisikan pada 2,1 GHz. Namun ketika Voyager 1 tidak dapat berkomunikasi langsung dengan Bumi, digital tape recorder (DTR) dapat merekam sekitar 64 kilobyte data untuk ditransmisikan di lain waktu dan sinyal dari Voyager 1 membutuhkan waktu lebih dari 20 jam untuk mencapai Bumi berbeda dengan Voyager 2 yang hanya membutuhkan 17 jam untuk mengirim data ke Bumi.
Pada Voyager 1 dilengkapi radio sistem komunikasi yang dirancang untuk digunakan sampai dengan dan melampaui batas-batas tata surya. Sistem komunikasi mencakup antena Cassegrain gain tinggi berdiameter 3,7 meter (12 kaki) untuk mengirim dan menerima gelombang radio melalui tiga stasiun Jaringan Luar Angkasa di Bumi. Instrumen ilmiah tersebut biasanya mentransmisikan data ke Planet Bumi melalui Saluran Jaringan Luar Angkasa 18, menggunakan frekuensi 2,3 GHz atau 8,4 GHz, sementara sinyal dari Bumi ke Voyager ditransmisikan pada 2,1 GHz. Namun ketika Voyager 1 tidak dapat berkomunikasi langsung dengan Bumi, digital tape recorder (DTR) dapat merekam sekitar 64 kilobyte data untuk ditransmisikan di lain waktu dan sinyal dari Voyager 1 membutuhkan waktu lebih dari 20 jam untuk mencapai Bumi berbeda dengan Voyager 2 yang hanya membutuhkan 17 jam untuk mengirim data ke Bumi.
Ilustrasi Wahana Antariksa Voyager
Meskipun Voyager 1 dan 2
merupakan wahana antariksa yang identik namun tujuan keduanya berbeda dimana Voyager
2 mengikuti lintasan atau trajektori yang lebih lambat sehingga dapat bertahan
pada jalur ekliptik yang membuat Voyager 2 dapat dikirim ke Uranus dan Neptunus
dengan bantuan gravitasi sewaktu pertemuan dengan Planet Saturnus pada tahun
1981. Salah satu instrumen ilmiah yang terdapat di wahana antariksa
Voyager 2 dengan kecanggihan yang luar biasa ialah Cosmic Ray System, dimana dengan adanya instrument tersebut dapat menentukan asal dan proses
percepatan, riwayat hidup, dan kontribusi dinamis sinar kosmik antar bintang,
nukleosintesis elemen dalam sumber kosmik-ray, perilaku sinar kosmik dalam
medium antar planet, dan planet yang terjebak energik-lingkungan partikel.
Informasi terbaru dari NASA,
dilaporkan bahwa wahana antariksa Voyager 2 mengalami gangguan teknis dan saat
ini diposisikan dalam Safe Mode atau terkunci dikarenakan menurut catatan NASA
Voyager 2 terpantau gagal melakukan manuver yang dijadwalkan pada 25 Januari
2020 lalu, dimana sebelumnya diharapkan Voyager 2 dapat berputar 360 derajat
penuh untuk mengkalibrasi instrumen medan magnet. Hal yang menyebabkan Voyager
2 drop ialah 2 instrumen yang dioperasikan bersamaan dan membuat meningkatnya
pemakaian power. Pada tanggal 28 Januari 2020 lalu, tim NASA berhasil mematikan
satu instrument yang membutuhkan power paling besar dan diharapkan instrumen
kedua dapat diaktifkan guna mengembalikan pesawat ke posisi normal. Adapun
posisi terakhir Voyager 2 pada Februari 2020 lalu mencapai 18,5 miliar km
sehingga komunikasi voyager 2 ke Planet Bumi harus dilakukan 17 jam untuk
mengirim sebuah perintah dan 17 jam kemudian untuk mendapatkan balasan dari
wahana antariksa tersebut.
Pada bulan Maret yang lalu
tepatnya tanggal 2 Maret 2020, tim NASA memutuskan untuk tidak akan mengirim
sinyal ke wahana antariksa Voyager 2 seperti biasanya hingga 11 bulan kedepan
(Februari 2021) setelah upaya peningkatan mutu antena terbesar yang dimiliki
NASA selesai pada Januari 2021. Antena terbesar yang dimiliki NASA untuk
komunikasi di Canberra Australia akan ditingkatkan dan dilakukan perbaikan
selama 11 bulan.
Sayangnya, kemungkinan pada
tahun 2030 mendatang NASA mengkonfirmasikan bahwa kedua wahana antariksa Voyager
1 dan 2 akan benar-benar kehabisan daya dan segala instrumen ilmiah yang
dilengkapi akan dinonaktifkan termasuk sudah tidak dapat lagi mengirim data dan
informasi ke Planet Bumi. Menurut informasi resmi dari NASA, wahana antariksa
Voyager 2 tersebut akan terus bergerak di luasnya semesta hingga diperkirakan
baru akan mencapai sistem bintang terdekat dari tata surya yakni Proxima Centauri sekitar 40.000 tahun,
serta butuh waktu sekitar 296.000 tahun bagi Voyager 1 untuk tiba di bintang
paling terang di langit malam yakni Bintang Sirius.