Menguak Pesan Piringan Emas Voyager dari Peradaban Manusia untuk Semesta -->
Cari Berita

Menguak Pesan Piringan Emas Voyager dari Peradaban Manusia untuk Semesta

ALDI BIMANTARA
Saturday, June 6, 2020



 
Piringan Emas Voyager (The Sounds OF Earth Record Cover)
Sumber : Wikimedia Commons
Sepanjang sejarah peradaban manusia di Planet Bumi belum ada catatan atau bukti yang otentik dimana menunjukkan kehidupan lain di semesta kecuali di Planet Bumi, manusia sebagai makhluk hidup yang dibekali oleh tuhan berupa akal pikiran tentu sepanjang peradaban selalu berusaha merenung dan berfikir tentang kondisi eksistensi manusia dan kemungkinan adanya kehidupan selain di Planet Bumi ini. Sepanjang masa manusia selalu mencari tahu dan melakukan usaha keras untuk mencoba menerobos alam semesta yang begitu luas, semua itu dilakukan untuk mencoba berusaha menemukan kehidupan lain di luar Bumi, dalam maksud lain manusia ingin melakukan komunikasi dengan makhluk atau peradaban lain di luar planet ini.
Dalam catatan sejarah umat manusia di Planet Bumi, peristiwa yang menjadi tonggak bersejarah dalam penjelajahan luar angkasa yakni misi pengiriman manusia pertama di luar angkasa yang berhasil dilakukan oleh Uni Soviet dengan mengirim astronotnya bernama Yuri Gagarin pada tahun 1961. Adapun pada tahun 1969 Amerika Serikat berhasil mendaratkan manusia pertama di Bulan yakni Neil Armstrong dan Edwin Aldrin pada 20 Juli 1969. Misi pendaratan manusia pertama di Bulan oleh NASA tersebut tentu merupakan langkah kecil bagi seorang manusia bernama Neil Armsrong, namun tentunya merupakan lompatan raksasa bagi umat manusia di Planet Bumi. Dari mulai misi pengiriman manusia pertama di luar angkasa, pendaratan manusia pertama di Bulan hingga saat ini terus dilakukan berbagai upaya eksplorasi planet lainnya di luar bumi. Setiap misi penjelajahan luar angkasa tentu memiliki penemuan-penemuan yang sangat berarti bagi umat manusia untuk lebih memahami alam semesta, namun yang perlu dingat ialah setiap penemuan yang ditemukan dari setiap misi tersebut mengambarkan kepada kita bahwasanya masih banyak hal yang belum kita ketahui di alam semesta yang amat luas ini. Semakin banyak manusia menemukan suatu penemuan baru maka semakin banyak ketidaktahuan manusia dalam memahami dunia luar.

Dalam beberapa misi penjelajahan atau eksplorasi luar angkasa yang dilakuakan oleh manusia, tentunya ada yang menyelipkan misi khusus yakni upaya berkomunikasi dengan mahkhluk atau peradaban lain di luar Planet Bumi seperti contohnya pesawat luar angkasa Voyager yang diluncurkan pada tahun 1977 dengan misi utama mempelajari tata surya bagian luar. Pada dua penerbangan pesawat luar angkasa Voyager memuat sebuah piringan emas Voyager yang merupakan sebuah rekaman fonograf dimana dalam piringan tersebut berisi suara-suara dan gambar-gambar pilihan yang bertujuan menggambarkan keanekaragaman makhluk hidup dan budaya di Planet Bumi. Piringan emas Voyager tersebut dibuat dari tembaga berlapis emas yang ditujukan kepada bentuk kehidupan luar angkasa yang cerdas atau manusia bumi sendiri pada masa depan yang mungkin akan menemukannya.
Perlu diketahui bahwa wahana antariksa Voyager akan menghabiskan waktu sekitar 40.000 tahun untuk mencapai tata surya yang terdekat. "Terdekat" disini maksudnya ialah jarak yang setara dengan 1,7 tahun cahaya. Maka dari itu, piringan emas Voyager yang dimuat didalamnya akan membutuhkan waktu yang amat sangat lama sekali untuk bisa ditemukan oleh bentuk kehidupan lain, kecuali bila bentuk kehidupan asing itu sendiri yang tidak sengaja berpapasan dengannya di luar angkasa.

Piringan emas voyager yang dikirim ke luar angkasa bersama pesawat luar angkasa Voyager tersebut tentu mencerminkan usaha manusia bumi untuk berkomunikasi dengan makhluk atau peradaban cerdas yang mungkin saja ada di alam semesta yang maha luas ini. Berharap besar piringan emas tersebut dapat ditemukan, mungkin dipandang sia-sia oleh kecerdasan lain di luar angkasa sana karna mengingat ukuran Voyager yang sangat kecil bila dibandingkan dengan besarnya alam semesta. Manusia harus memiliki rasa optimisme dan sangatlah luar biasa bila akhirnya piringan emas tersebut dapat ditemukan secara kebetulan oleh bentuk kehidupan lain. Apabila piringan emas ini akhirnya akan ditemukan nantinya oleh kehidupan asing tentu hal ini hanya akan terjadi pada masa depan yang amat jauh dari sekarang. Lantas apakah pesan dan gambaran yang mewakili peradaban makhluk hidup di Bumi dalam piringan emas Voyager tersebut serta bagaimana kecanggihan teknologi yang digunakan dalam menyimpan data tersebut untuk waktu yang lama hingga masa depan.

Pesan Peradaban yang Disimpan Abadi dan Kecanggihan Teknologinya
“Ini adalah sebuah hadiah dari sebuah dunia yang kecil dan jauh. Sebuah kenang-kenangan berisi suara, ilmu pengetahuan, musik, pemikiran, serta perasaan kami. Kami semua berusaha untuk mempertahankan keberadaan kami, sehingga bisa bersama-sama hidup dengan kalian.”
 - Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter
Pada tahun 2006 silam, dua unit wahana antariksa Voyager menjadi benda ketiga dan keempat yang diciptakan manusia dan keberadaannya terkonfirmasi benar-benar berada di luar sistem tata surya. Sebelumnya diketahui benda buatan manusia yang keluar dari sistem tata surya mendahului Voyager adalah wahana antariksa Pioneer 10 dan 11 yang diluncurkan pada tahun 1972 dan 1973 silam, dimana keduanya juga membawa plakat metal kecil yang menunjukkan waktu dan tempat asal wahana antariksa Pioneer tersebut berasal.
Adapun isi dari piringan emas Voyager dipilih untuk NASA oleh sebuah tim yang diketuai oleh Carl Sagan dari Universitas Cornell. Dalam waktu yang ditentukan NASA, tim pengumpul data piringan emas tersebut berhasil mengumpulkan 115 gambar dari peradaban bumi, rekaman suara-suara alam seperti suara ombak, angin, petir serta suara-suara binatang termasuk didalamnya kicauan burung dan suara dari ikan paus. Selain itu, piringan emas Voyager juga diisi dengan musik dari berbagai budaya dan era yang berbeda, serta ucapan salam dalam 55 bahasa. Piringan emas tersebut juga menyampaikan pesan resmi dari Presiden Amerika Serika kala itu, Jimmy Carter dan Sekretaris Jenderal PBB, Kurt Waldheim.
Dari 115 gambar yang dimuat dalam piringan emas Voyager disandikan dalam mode analog, sementara itu sisanya berupa audio yang dirancang agar dapat dimainkan pada kecepatan 16 2/3 putaran per menit. Rekaman tersebut berisi salam-salam yang diucapkan manusia bumi dalam berbagai bahasa dimulai dari bahasa Akkadia dan diakhiri dengan bahasa Wu yang merupakan sebuah bahasa minoritas di China. Adapun unsur Indonesia juga dimuat dalam piringan emas Voyager tersebut, yakni dengan dimasukkannya Musik Gamelan yang direkam oleh Robert E. Brown dengan judul Puspawarna serta terdapat sebuah gambar penari Bali dalam daftar 115 gambar yang mewakili keanekaragaman peradaban Planet Bumi tersebut. 



Penjelasan dari piringan emas Voyager
Sumber : Wikimedia Commons
Penutup dari piringan emas Voyager juga disepuh dengan sampel isotop uranium-238 yang memiliki sifat  sangat murni. Uranium-238 diketahui mempunyai waktu paruh hingga 4,51 miliar tahun lamanya. Hal ini memungkinkan peradaban asing yang menemukan piringan emas ini untuk memeriksa unsur uranium yang tersisa untuk menentukan usia dari piringan emas tersebut. Sungguh suatu pemikiran yang canggih bukan, selain kecanggihan instrumen ilmiah yang didesain sedemikian rupa agar dapat menyimpan data yang dimuat di piringan emas Voyager tersebut dalam waktu yang lama, seperti yang diketahui juga wahana antariksa Voyager 1 dan 2 yang memuat piringan emas tersebut juga memiliki instrumen yang sangat canggih.
Adapun kecanggihan teknologi antariksa yang dimiliki Voyager 1 dan 2 ialah terletak pada instrumen ilmiah yang dimiliki masing-masing wahana misalnya saja Voyager 1 yang dibangun oleh Jet Propulsion Laboratory memiliki struktur  16 pendorong hidrazin, giroskop stabilisasi tiga sumbu, dan instrumen referensi untuk menjaga antena radio probe mengarah ke Planet Bumi. Secara kolektif, instrumen ini adalah bagian dari Subsistem Kontrol Sikap dan Artikulasi (AACS), bersama dengan unit berlebihan dari sebagian besar instrumen dan 8 pendorong cadangan. Pesawat ruang angkasa juga termasuk 11 instrumen ilmiah untuk mempelajari benda-benda langit seperti planet saat bergerak melalui ruang angkasa. 
Pada Voyager 1 dilengkapi radio sistem komunikasi yang dirancang untuk digunakan sampai dengan dan melampaui batas-batas tata surya. Sistem komunikasi mencakup antena Cassegrain gain tinggi berdiameter 3,7 meter (12 kaki) untuk mengirim dan menerima gelombang radio melalui tiga stasiun Jaringan Luar Angkasa di Bumi. Instrumen ilmiah tersebut biasanya mentransmisikan data ke Planet Bumi melalui Saluran Jaringan Luar Angkasa 18, menggunakan frekuensi 2,3 GHz atau 8,4 GHz, sementara sinyal dari Bumi ke Voyager ditransmisikan pada 2,1 GHz. Namun ketika Voyager 1 tidak dapat berkomunikasi langsung dengan Bumi, digital tape recorder (DTR) dapat merekam sekitar 64 kilobyte data untuk ditransmisikan di lain waktu dan sinyal dari Voyager 1 membutuhkan waktu lebih dari 20 jam untuk mencapai Bumi berbeda dengan Voyager 2 yang hanya membutuhkan 17 jam untuk mengirim data ke Bumi.


Ilustrasi Wahana Antariksa Voyager

Meskipun Voyager 1 dan 2 merupakan wahana antariksa yang identik namun tujuan keduanya berbeda dimana Voyager 2 mengikuti lintasan atau trajektori yang lebih lambat sehingga dapat bertahan pada jalur ekliptik yang membuat Voyager 2 dapat dikirim ke Uranus dan Neptunus dengan bantuan gravitasi sewaktu pertemuan dengan Planet Saturnus pada tahun 1981. Salah satu instrumen ilmiah yang terdapat di wahana antariksa Voyager 2 dengan kecanggihan yang luar biasa ialah Cosmic Ray System, dimana dengan adanya instrument tersebut dapat menentukan asal dan proses percepatan, riwayat hidup, dan kontribusi dinamis sinar kosmik antar bintang, nukleosintesis elemen dalam sumber kosmik-ray, perilaku sinar kosmik dalam medium antar planet, dan planet yang terjebak energik-lingkungan partikel.
Informasi terbaru dari NASA, dilaporkan bahwa wahana antariksa Voyager 2 mengalami gangguan teknis dan saat ini diposisikan dalam Safe Mode atau terkunci dikarenakan menurut catatan NASA Voyager 2 terpantau gagal melakukan manuver yang dijadwalkan pada 25 Januari 2020 lalu, dimana sebelumnya diharapkan Voyager 2 dapat berputar 360 derajat penuh untuk mengkalibrasi instrumen medan magnet. Hal yang menyebabkan Voyager 2 drop ialah 2 instrumen yang dioperasikan bersamaan dan membuat meningkatnya pemakaian power. Pada tanggal 28 Januari 2020 lalu, tim NASA berhasil mematikan satu instrument yang membutuhkan power paling besar dan diharapkan instrumen kedua dapat diaktifkan guna mengembalikan pesawat ke posisi normal. Adapun posisi terakhir Voyager 2 pada Februari 2020 lalu mencapai 18,5 miliar km sehingga komunikasi voyager 2 ke Planet Bumi harus dilakukan 17 jam untuk mengirim sebuah perintah dan 17 jam kemudian untuk mendapatkan balasan dari wahana antariksa tersebut.
Pada bulan Maret yang lalu tepatnya tanggal 2 Maret 2020, tim NASA memutuskan untuk tidak akan mengirim sinyal ke wahana antariksa Voyager 2 seperti biasanya hingga 11 bulan kedepan (Februari 2021) setelah upaya peningkatan mutu antena terbesar yang dimiliki NASA selesai pada Januari 2021. Antena terbesar yang dimiliki NASA untuk komunikasi di Canberra Australia akan ditingkatkan dan dilakukan perbaikan selama 11 bulan.
Sayangnya, kemungkinan pada tahun 2030 mendatang NASA mengkonfirmasikan bahwa kedua wahana antariksa Voyager 1 dan 2 akan benar-benar kehabisan daya dan segala instrumen ilmiah yang dilengkapi akan dinonaktifkan termasuk sudah tidak dapat lagi mengirim data dan informasi ke Planet Bumi. Menurut informasi resmi dari NASA, wahana antariksa Voyager 2 tersebut akan terus bergerak di luasnya semesta hingga diperkirakan baru akan mencapai sistem bintang terdekat dari tata surya yakni Proxima Centauri sekitar 40.000 tahun, serta butuh waktu sekitar 296.000 tahun bagi Voyager 1 untuk tiba di bintang paling terang di langit malam yakni Bintang Sirius.